Pada hari Rabu, 16 November 2022 prodi Akuntansi FEB UMM menyelenggarakan kuliah tamu pemeriksaan akuntansi bertema “Pengenalan IAPI Serta Peran Profesi Akuntan Publik Di Era Digital & Konsep Penggunaan ATLAS”. Kuliah tamu ini menghadirkan Drs. Adi Pramono, Ak., CA., CPA, Drs. Sugeng Praptoyo, S.H., M.H., MM., CPA., CA., Ak., CTA., SAS., CPI., CIFRS., CfrA, Agus Simanto, SE., MSI., CPA., Ak., CA., CPI., CTA., Asean CPA, serta Iwansyah C. Iskandar, Ak., CA., CPA., ACPACC selaku perwakilan IAPI serta Narasumber Peran Profesi Akuntan Publik Di Era Digital.
Para narasumber menyampaiakan bahwa dunia digital telah menjadi realitas tidak terpisahkan dari kehidupan nyata kita seharihari. Era digital “memaksa” kita untuk menjadi manusia yang terampil dan cakap dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi, tak terkecuali penggunaan internet dan media sosial. Digitalisasi membuat seluruh elemen dan sistem didalamnya menjadi terintegrasi, sekaligus menuntut pengguna media digital untuk selalu mengaplikasikan nilai-nilai etika digital mengingat dunia digital yang tidak memiliki batas dan seakan tanpa sekat. Dunia yang serba digital ini tak pelak berpenetrasi ke banyak sektor, termasuk bidang akuntansi. Di dalam konteks adaptabilitas akuntansi, digitalisasi tentu menjadi kebutuhan sekaligus tantangan yang harus disikapi secara tepat dan bijaksana. Oleh karena itu, konteks era digital pada profesi akuntan digadang-gadang akan berubah ke arah teknologi akunting berbasis big data, termasuk adanya otomatisasi penjurnalan dan pembuatan laporan keuangan. Di era digital yang erat dengan disrupsi, profesi akuntan berkembang sangat pesat dan tak terbendung, sehingga sumber daya manusianya perlu 2 melakukan tindakan untuk dapat bertahan, adaptif, dan bersikap bijaksana dalam menghadapi tantangan global dan memberikan nilai tambah. Tindakan itu dapat diaktualisasikan melalui implementasi etika profesi akuntan di dunia digital.
Selanjutnya, seorang akuntan harus memiliki tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi, kerahasiaan, dan standar teknis. Di era digital, peran akuntan menjadi sangat kritikal, tidak hanya sebagai penyusun laporan keuangan, pengelola dan pengawas risiko, maupun perannya sebagai internal dan eksternal auditor, tetapi akuntan juga dituntut sebagai value creator. Akuntan harus menjadi leader serta agent of trust dalam penerapan good governance di setiap entitas. Semua hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran etika profesi akuntan. Dunia digital boleh tidak terbatas, namun akuntan harus memiliki “batasan” berupa etika profesi yang mampu menjaga kerahasiaan klien, tak lupa terus meningkatkan kompetensi diri untuk dapat beradaptasi dengan era digital yang bergerak cepat.
Acara kemudian dilanjutkan sesi kedua dengan materi konsep Penggunaan ATLAS, yang disampaikan oleh Thoufan Nur, S.E., Ak., MSA., CPA., CA., BKP. Beliau menyampaikan bahwa kelemahan mahasiswa terkait pemahaman atas pelaksanaan audit berbasis risiko serta perlunya sarana audit yang efektif sesuai dengan standar audit, PPPK Kementerian Keuangan selaku pengawas dan pembina profesi Akuntan Publik bersama IAPI telah menginisiasi pembuatan aplikasi/panduan untuk pelaksanaan audit umum. Aplikasi ini diberi nama “ATLAS” singkatan dari Audit Tool and Linked Archive System. Aplikasi ini dimaksudkan sebagai sarana untuk menjalankan prosedur audit dan mendokumentasikan hasilnya sebagai dasar dalam pemberian opini. Upaya ini merupakan salah satu bentuk inisiasi untuk meningkatkan kualitas audit. Di samping itu diharapkan pula dapat menambah sarana dan pengetahuan bagi para praktisi di bidang audit maupun non praktisi agar lebih memudahkan pemahaman atas audit berbasis risiko yang berdasar pada standar internasional yang telah diadopsi.
Acara ini dihadiri sekitar 321 mahasiswa yang menempuh mata kuliah audit subtantif serta dosen prodi akuntansi FEB UMM. (if)